![]() |
oreoku1.blogspot.co.id |
Sebagai
insan yang berada di sebuah lembaga pendidikan, apalagi Sekolah Menegah
Kejuruan yang notabene siswanya adalah laki-laki menghadapi siswa “nakal”
adalah hal yang biasa. Mulai dari siswa yang sering terlambat atau bolos
sekolah, tidak mengerjakan tugas/ PR, ribut di kelas, jajan saat jam pelajaran,
tidak sholat, dan masih banyak contoh “kenakalan” lain yang kerap dilakukan
siswa. Hal-hal tersebut memang benar-benar menguji kesabaran kita. Dibutuhkan
kesabaran dan keuletan tingkat tinggi.
Sebenarnya apakah
benar ada anak diberi label “nakal”? Penulis sendiri tidak setuju bila ada
siswa yang dilabeli “nakal”. Apalagi tidak sedikit guru yang memberi label
“nakal” apabila ia merasa tidak sanggup mengendalikan siswanya. Di sisilain
ukuran “nakal” tiap guru berbeda-beda. Sebagian guru akan menganggap siswanya
“nakal” bila siswanya tidak mengerjakan PR, guru lain berpendapat siswa yang
sering bolos/ tidak masuk sekolah adalah siswa yang “nakal”, sebagian lainnya
menganggap siswa yang ribut saat pembelajaran adalah siswa yang “nakal”.
Menurut
saya tidak ada yang namanya siswa “nakal”, yang ada adalah;
Siswa yang
krisis identitas. Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja
memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan
konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan
siswa terjadi karena siswa gagal mencapai masa integrasi kedua.
Siswa yang
memiliki kontrol diri yang lemah. Siswa yang tidak bisa mempelajari dan
membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima
akan terseret pada perilaku “nakal”. Begitupun bagi mereka yang telah
mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan
kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
Siswa yang
kurang kasih sayang orang tua. Orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan
menyebabkan kurang perhatian kepada anaknya. Tidak mengenalkan dan mengajarkan
norma-norma agama kepada anaknya. Akibatnya dia akan sering bolos atau
terlambat sekolah. Saat di sekolah ia akan berulah macam-macam untuk mendapat
perhatian dari orang lain, termasuk kepada gurunya.
Siswa yang
kedua orang tuanya tidak harmois atau bahkan bercerai. Suasana di rumah yang
tidak nyaman akan menyebabkan anak tidak fokus saat pelajaran. Kedua orang tua
yang seharusnya melidungi dan memberi contoh yang baik justru menjadi akar
permasalahan anaknya.
Siswa yang
menjadi “korban” dari saudara atau teman sepermainannya. Tipe anak seperti ini
akan melakukan hal yang sama pada anak lainnya karena ia adalah ‘korban’ dan
berusaha untuk membalas dendam.
Siswa yang
mendapat tekanan dari orang tua. Tekanan ini bisa berupa tuntutan orang tua
yang terlalu tinggi akan prstasi anaknya di sekolah atau peraturan di rumah
yang terlalu ketat/ mengekang. Akibatnya bisa bermacam, siswa bisa pendiam tapi
juga bisa “nakal” karena merasa ingin bebas.
Siswa yang
mengalami kekerasan dalam lingkungan keluarga. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor, di antaranya masalah ekonomi. Siswa yang mengalami kekerasan di rumah,
maka saat di sekolah ia akan menunjukkan sikap memberontak kepada gurunya atau
bahkan melakukan kekersaan seperti apa yang ia alami.
Siswa yang
salah bergaul. Lingkungan memang sangat memberikan pengaruh yang sangat besar
terhadap perkembangan sikap siswa. Pergaulan yang kurang tepat atau menyimpang
salah bisa menyebabkan perilaku yang menyimpang.
Itulah
beberapa sebab mengapa siswa berperilaku “nakal” saat di sekolah. Saat kita
tahu latar belakang masalah perikau murid kita, tentunya kita akan merasa iba
dan kasihan. Oleh karena itu mari kita sebagai pendidik mulai untuk
menghentikan label negatif kepada siswa.
Beberapa
tips di bawah ini bisa kita coba untuk mengatasi perilaku siswa yang “nakal”,
adalah:
Berdo’a
untuk anak terebut. Ucapkan namanya setiap kita berdo’a. Berharaplah apa yang
kita minta akan dikabulkan Allah dan saat kita menghadapinya Allah
mengkaruniakan kesabaran pada diri kita. Yakinlah dia akan berubah, karena
keyakinan itu adalah doa. Dia pasti berubah, entah itu besok, lusa, atau
kapanpun.
Carilah
info yang lengkap tentang siswa yang dianggap “nakal”. Tujuannya adalah agar
kita lebih paham tentang latar belakanngya. Harapanya kita akan lebih bisa
bersabar dan pengertian dalam menangani perilakunya.
Hentikan
ucapan atau label “nakal” pada siswa tersebut. Kita tahu ucapan adalah do’a.
jika kita mengucapakan kata nakal, secara tidak langsung kita berdo’a agar dia
menjadi nakal. Katakanlah yang baik-baik untuknya, walau bagaimana pun perilaku
dan perkataannya.
Panggilah
dia ke runag BK atau masjid. Ajaklah dia berbicara empat mata dan dari hati ke
hati. Tanyakanlah kepada siswa tersebut tentang harapannya, permasalahannya,
atau sebab dia berbuat “nakal”. Dengan hal ini kita jadi lebih tahu tentang
dirinya dan permasalahan yang sedang ia hadapi. Pada akhirnya, berilah ia
solusi, motivasi dan arahan.
Latilah dia
dengan rasa tanggung jawab. Hal ini bisa dilakukan dengan kita memberikan dia
kepercayaan. Contoh: menjadi muadzin, mengumpulkan kas kelas, membantu kita merekap
buku tabungan, atau dengan melibatkan dia dalam kegiatan OSIS dan ROIS
(meskipun dia bukan penggurus OSIS dan ROIS). Hal ini akan membuat dia merasa
dibutuhkan dan diperhatikan. Tujuan akhirnya adalah agar dia tahu mana hak dan
kewajibannya/ tanggung jawabnya sebagai siswa.
Apabila
siswa tersebut berbuat “nakal”. Maka, tergurlah dengan pelan-pelan dan jangan
dibentak atau dimarahi. Karena siswa tipe seperti ini tidak akan berubah bila
dimarahi. Mereka butuh didekati, diperhatikan, dan diajak berdiskusi, serta
berilah mereka motivasi agar bisa berubah menjadi lebih baik. Katakan pada
mereka “saya yakin kamu bisa lebih baik lagi dari kamu yang sekarang”. “saya
akan merasa bangga bila kamu bisa lebih baik dari kamu yang sekarang”.
Apabila siswa tersebut berbuat “nakal”.
janganlah diberikan hukuman fisik, seperti push up, set up, atau jalan jongkok.
karena, hal ini justru akan menimbulkan rasa dendam dan jiwa melawan/
membangkang pada siswa. Tapi berikanlah dia hukuman seperti sholat dhuaha atau
membaca Al-Qur'an.
Buatlah
perjanjian bila siswa tersebut berbuat “nakal”. Rekamlah dengan HP dan suruhlah
dia mengucapkan janji agar tidak mengulangi perbuatannya. Bila dia mengulangi
lagi, panggillah siswa tersebut dan putarlah rekamannya.
Berilah dia
pilihan. Berbuat baik konsekuensinya baik atau berbuat “buruk” konsekuensinya
buruk.
Bila siswa
tersebut berbuat baik. Maka, pujilah dia. Pujian kita akan mebuat dia merasa
bahwa usahanya dihargai dan diperhatikan oleh orang lain.
Itulah
sedikit tips dari penulis. Semoga dapat memberikan manfaat. Prinsipnya adalah
tidak ada siswa yang “nakal”. Yang ada adalah siswa kurang perhatian dan salah
bergaul. Percayalah mereka bisa berubah. Perubahan itu akan bisa terjadi bila
dimulai dengan strategi dengan menggunakan pendekatan hati. Bisa melalui tangan
kita, atau mungkin tangan orang lain. Semoga bermanfaat dan selamat mencoba.
No comments:
Post a Comment