Praktikum Dick & Carey
LANGKAH IIDENTIFIKASI TUJUAN UMUM PEMBELAJARAN(Identifiy Instructional Goal(s) )
Identifikasi masalah belajar perlu dilakukan pertama kali. Dengan
identifikasi masalah yang ada, maka akan didapatkan gambaran utuh mengenai
kebutuhan-kebutuhan siswa yang sebenarnya. Hasil dari identifikasi masalah tersebut
dijadikan patokan dalam menetapkan tujuan umum pembelajaran. Identifikasi
tujuan umum pembelajaran akan menjadi arah “mata angin” dari segala kegiatan
yang dilakukan oleh pelajar dan pengembang. Identifikasi tujuan umum
pembelajaran, disamping disesuaikan dengan kebutuhan siswa, juga disesuaikan
dengan kurikulum yang diberlakukan di sekolah.
Berdasarkan paparan tersebut, terdapat 2 rumusan tujuan umum
pembelajaran dalam mata pelajaran Fiqih kelas X MA materi Haji, Umrah, dan
hikmahnya
1. Menjelaskan Haji dan
hikmahnya
2. Menjelaskan Umrah dan
hikmahnya
Setelah dibuat 2 rumusan tersebut kemudian dilanjutkan dengan
menganalisis pembelajaran berdasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
.
LANGKAH IIMELAKUKAN ANALISIS PEMBELAJARAN(Conduct Instructional Analysis)
Dalam lngkah II ini, pertama mengklasifikasi tujuan ke dalam ranah
belajar menurut Gagne, menentukan langkah demi langkah apa yang dilakukan
pebelajar ketika mereka melakukan tujuan tersebut (mengenali keterampilan
bawahan / subordinat). Langkah terahir dalam proses analisis intruksional
adalah untuk menentukan keterampilan, pengetahuan, dan sikap, yang dikenal
dengan perilaku masukan (entry behaviors), yang diperlakukan untuk dapat
memulai pembelajaran.
Jadi, melalui kegiatan analisis pembelajaran ini, terdapat dua
langkah pokok, yaitu menggolongkan/mengklasifikasi rumusan tujuan sesuai dengan
ranah belajar dan menentukan langkah-langkah pokok secara urut yang harus
dilakukan oleh pebelajar.
Penggolongan ranah tersebut meliputi sejumlah keterampilan
intelektual, keterampilan psikomotor, informasi verbal, sikap, dan pengelolahan
informasi (Gagne, 1988).
Berkaitan dengan pengembangan mata pelajaran fiqih materi haji,
umrah dan hikmahnya maka ranah belajar yang dirumuskan juga sesuai dengan
kelima ranah Gagne tersebut.
Untuk lebih jelasnya gambaran mengenai kedua analisis tersebut,
penulis sajikan dalam bentuk gambar 1.1 sebagai berikut:
ANALISIS PEMBELAJARAN BERDASARKAN TUJUAN
02
Umrah
01
Haji
Deskripsi mata pelajaran fiqih materi
Haji, umrah, dan hikmahnya
Gambar 1.1: urutan pembelajaran keterampilan intelektual
TUJUAN UMUM 0I
MEMAHAMI HAJI DAN HIKMAHNYA
Haji
01
Devinisi
1.1.
Rukun, syarat dan wajib haji
1.3.
Hukum Haji
1.2.
Macam-macam haji
1.4.
Hikmah haji
1.5.
1.4.1.
1.4.2.
1.4.3.....
1.5.2.
1.5.5.
1.5.6.
1.5.1.
1.5.3.
1.5.4.
KETERANGAN
1.4. :
Macam-macam haji
1.4.1. :
Haji Ifrod
1.4.2. :
Haji Tamattu’
1.4.3. :
Haji Qiran
1.5. :
Hikmah Haji
1.5.1. :
Memperteguh dan meningkatkan taqwa kepada Allah SWT
1.5.2. : Menumbuh-kembangkan semangat berkorban
1.5.3. :
Dapat mengenal dari dekat tempat-tempat bersejarah
1.5.4. :
Sarana untuk membina persatuan dan kesatuan umat islam
1.5.5. :
Mendorong setiap agar selalu memelihara kekuatan fisik dan mental
1.5.6. :
Dapat menghindarkan dosa dan maksiat yang mungkin terjadi
TUJUAN UMUM II
MEMAHAMI UMRAH DAN HIKMAHNYA
Umrah
02
Devinisi
2.1.
Hukum Umrah
2.2.
Rukun, syarat dan wajib Umrah
2.3.
Hikmah Umrah
2.4.
2.4.1.
2.4.2.
2.4.3.
2.4.4.
2.4.5.
2.4.6.
KETERANGAN
2.4. :
Hikmah Umrah
2.4.1. :
Memperteguh dan meningkatkan taqwa kepada Allah SWT
2.4.2. :
Menumbuh-kembangkan semangat berkorban
2.4.3. :
Dapat mengenal dari dekat tempat-tempat bersejarah
2.4.4. :
Sarana untuk membina persatuan dan kesatuan umat islam
2.4.5. :
Mendorong setiap agar selalu memelihara kekuatan fisik dan mental
2.4.6. :
Dapat menghindarkan dosa dan maksiat yang mungkin terjadi
LANGKAH IIIANALISIS PEBELAJAR DAN LINGKUNGAN(Analyze Learners And Contexts)
Langkah ini menjelaskan kegiatan-kegiatan analisis pebelajar dan
analisis konteks dimana mereka akan belajar dan dan bagaimana melakukannya. Di
samping itu, langkah ini juga mengarah pada upaya identifikasi karakteristik
pebelajar dan mengenali keterampilan bawaaan pebelajar sebagai acuan dalam
penyusunan bahan dan strategi pembelajaran yang akan digunakan.
Upaya identifikasi keterampilan bawaaan (sub ordinate) atau menurut
Piaget dalam Slavin (2005) disebut Prior Knowledge, mempunyai peranan yang
sangat penting dalam perancangan desain pembelajaran, karena akan memberikan
arah pada penyusunan setiap materi pembahasan yang hendak dikembangkan. Seperti
yang dikatakan oleh Gagne (1988) “keterampilan bawahan merupakan salah satu
penentu kebarhasilan pembelajaran”.
Setelah diidentifikasi keterampilan bawahan pebelajar, maka
kegiatan selanjutnya adalah mengidentifikasi karakteristik umum pebelajar.
Degeng (1989) mengartikan karakteristik umum sebagai aspek-aspek kualitas
perseorangan pebelajar. Kualitas
perseorangan menjadi prasyarat dalam pemilihan strategi pembelajaran. Ketepatan
analisis terhadap kualitas perseorangan berpengaruh pada ketepatan
mempreskrisikan strategi pembelajaran yang sesuai. Karena itu, seorang
perancang atau pengembang bahan ajar hendaknya memperkatikan prosedural dalam
proses identifikasi karakteristik tersebut.
Adapun proses identifikasi karakteristik umum pebelajar dapat
dilakukan melalui wawancara, observasi, dan pre-test kemampuan awal. Menurut
Dick and Carey, karakteristik belajar pebelajar dapat diamati melalui prior
knowledge, usia, tingkat kelas, bakat, kesehatan, dan motivasi belajarnya.
Dalam desain pembelajaran ini, penulis menggunakan pembelajaran
individual (individualized intruction) dalam menganalisis konteks pebelajar,
sedangkan untuk menganalisis karakteristik pebelajar, akan dilakukan dengan
cara wawancara, observasi, dan pre test kemampuan awal. Bagi pebelajar yang
sudah mencapai hasil standar maka akan diberikan materi tambahan sebagai
pengayaan. Sedangkan untuk pebelajar yang belum mencapai standar, maka akan
diberikan remidial untuk mencapai hasil standar.
LANGKAH IVMERUMUSKAN TUJUAN PERFORMANSI(Write Performance Objectives)
Bagian ini
berisi tentang uraian-uraian rinci mengenai suatu keterampilan yang akan
dikuasai oleh pebelajar setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam satu unit
tertentu.bagian ini juga menyatakan kondisi yang diperlukan agar siswa dapat
melakukan unjuk kemampuan dari pengetahuan yang telah dipelajari dan kriteria
yang dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan siswa dalam menempuh proses
pembelajaran.
Tujuan
performansi sering disebut dengan “tujuan perilaku” (behavioral objective).
Dick and Carey (1990) mengistilahakannya dengan “intructional objectives”. Dalam
kurikulum pendidikan di Indonesia disebut dengan tujuan pembelajaran khusus
(TPK) atau dalam kurikulum KBK dan KTSP diistilahkan dengan kompetensi dasar
(KD).
Dalam perumusan TPK,
hendaknya diperhatikan beberapa hal, antara lain:
1. Harus dijabarkan dari
keterampilan bawahan yang terdapat dalam bagian analisis pembelajaran secara
konsisten
2. Dibolehkan menggunakan
satu kalimat atau lebih
3. Harus menghindari
penggunaan kalimat “setelah mengikuti materi ini, pebelajar ...” sebagai bagian
dari kondisi.
4. Tujuan performansi ini
digunakan sebagai acuan yang digunakan dalam penyusunan butir-butir test.
Paparan konseptual diatas kemudian dijadikan landasan dalam
merumuskan tujuan performansi pada desain pembelajaran mata pelajaran fiqih
materi Haji, Umrah, dan hikmahnya. Adapun rumusan tujuan performansi
berdasarkan tujuan pembelajaran dapat dilihat dari tabel 01 berikut:
Table 01
ANALISIS PEMBELAJARAN BERDASARKAN TUJUAN
No
Tujuan umum pembelajaran
Domain Pembelajaran
01
Menjelaskan pengertian haji dan hikmahnya
Intellectual skill
02
Menjelaskan pengertian umrah dan hikmahnya
Intellectual skill
LANGKAH VPENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN(Develop Assesment Instruments)
Dalam langkah mengembangkan instrumen penilaian ini penulis
menggunakan instrumen Criterion-Referenced Test atau Tes Acuan Patokan. Tes ini
dimanfaatkan untuk mengukur kemampuan pebelajar seperti yang diperkirakan dalam
tujuan. Penekanan utama pada butir-butir tes acuan patokan berkaitan dengan
jenis keterampilan atau unjuk kerja pebelajar yang digambarkan dalam tujuan
pembelajaran.
Menurut Dick and Carey (1990) alasan menggunakan tes acuan patokan
ini adalah karena 1) Tes acuan patokan mengacu pada hubungan antara apa yang
dicantumkan dalam tujuan pembelajaran dan apa yang dicapai oleh pebelajar.
Dengan kata lain, apakah subjek telah mencapai suatu performansi sebagaimana
yang telah dikriteriakan dalam tujuan pembelajaran dalam unit materi tertentu.
2) Tes acuan patokan merujuk pada spesifikasi kecukupan unjuk kerja
(performance) yang diharapkan untuk dikuasai pebelajar. Tes Acuan Patokan pada
spesifikasi unjuk kerja ini bisa diwujudkan dengan menuliskan satu butir tes
untuk mengukur satu tujuan performansi dan beberapa butir tes digunakan untuk
mengukur satu tujuan performansi atau dengan membuat beberapa butir tes untuk
mengukur beberapa tujuan performansi.
Terdapat empat tipe tes acuan patokan yang dikemukakan oleh Dick
and Carey (2001), yaitu:
1) Entry behavior test
(EBT), tes ini diberikan pada pebelajar sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.
Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana penguasaan keterampilan bawahan
yang dimiliki pebelajar atau untuk mengukur keterampilan yang harus dikuasai oleh
pebelajar sebelum pembelajaran dimulai.
2) The pretest, test
ini juga diberikan kepada pebelajar sebelum pembelajaran dimulai, adapun
tujuannya adalah untuk mengetahui apakah pebelajar telah menguasai beberapa
keterampilan atau bahkan seluruhnya, apabila pebelajar telah menguasai
keseluruhan maka pembelajaran tidak perlu dilaksanakan, akan tetapi bila
pebelajar menguasai hanya sebagian saja, maka maka hasil pretest akan digunakan
untuk menelolah waktu dan materi pelajaran secara lebih efisien
Kedua tes ini sama dalam waktu pelaksanaannya, maka keduanya sering
kali digabung dalam satu instrumen. Penulis membuat keputusan untuk EBT,
seberapa siapkah pebelajar memulai pembelajaran, dan untuk pretest, apakah
suatu materi pmbelajaran masih perlu disampaikan atau tidak.
3) Practice test, tes
ini diberikan padabebelajar selama pembelajaran berlangsung untuk mengaktifkan
mereka dalam setiap aktifitas pembelajaran, tes ini memungkinkan untuk
mengulang pengetahuan pebelajar dan juga keterampilan baru, sekaligus
memutuskan pada diri sendiri sejauh mana pemahaman dan keterampilan mereka.
4) Post test, tes ini
diberikan setelah pembelajaran berakhir, adapun tujuan tidak berbeda dengan
pretest, yaitu mengukur tujuan pembelajaran khusus (TPK).
Dalam pengembangan desain pembelajaran pada mata pelajaran fiqih
materi Haji, Umrah, dan hikmahnya ini, perancang akan menggunakan empat tipe
tes di atas, hal ini dikarenakan para pebelajar belum pernah mendapatkan materi
pelajaran prasyarat.
Pengembangan butir-butir tes dapat dilihat pada tabel 02
Tabel 02ENTRY BEHAVIOR TEST (EBT)
no
Sub Keterampilan
Tujuan Performansi
Butir Tes
01
Haji dan hukumnya
Siswa dapat menjelaskan pengertian haji dan hukumnya
Jelaskan pengertian haji menurut syara’ dan istilah !
Bagaimana hukum haji menurut jumhur ulama’?
02
Umrah dan hukumnya
Siswa dapat menjelaskan pengertian umrah dan hukumnya
Jelaskan pengertian umrah menurut syara’ dan istilah !
Bagaimana hukum umrah menurut jumhur ulama’?
Tabel 03
PRETEST
no
Sub keterampilan
Tujuan performansi
Butir tes
01
Haji dan hikmahnya
Siswa dapat menjelaskan pengertian haji menurut tokoh islam
Siswa dapat menjelaskan rukun, syarat dan wajib haji menurut tokoh
islam
Siswa dapat menjelaskan hukum haji menurut tokoh islam
Siswa dapat menyebutkan hikmah haji
Jelaskan pengertian haji menurut Imam Syafi’i !
Jelaskan rukun, syarat dan wajib haji menurut Imam Syafi’i !
Jelaskan hukum haji menurut Imam Syafi’i !
sebutkan 3 hikmah haji!
02
Umrah dan hikmahnya
Siswa dapat menjelaskan pengertian umrah menurut jumhur ulama’
Siswa dapat menjelaskan rukun, syarat dan wajib umrah menurut
jumhur ulama’
Siswa dapat menjelaskan hukum umrah
Siswa dapat menyebutkan
hikmah umrah
Jelaskan pengetian umrah menurut jumhur ulama’!
Jelaskan rukun, syarat dan wajib umrah menurut jumhur ulama’!
Bagaimana hukum umrah menurut yang asal?
Sebutkan 3 hikmah umrah!
Tabel 04
PRACTICE TEST
No
Sub keterampilan
Tujuan performansi
Butir tes
01
Haji dan hikmahnya
Siswa dapat menjelaskan macam macam haji
Jelaskan macam-macam haji dari segi pelaksanaannya!
02
Umrah dan hikmahnya
Siswa dapat menjelaskan rukun, syarat dan wajib umrah
Jelaskan rukun, syarat dan wajib umrah!
Tabel 05
POSTTEST
No
Sub keterampilan
Tujuan performansi
Butir tes
01
Pengertian Haji
Siswa dapat menjelaskan pengertian haji menurut bahasa dan istilah
Jelaskan pengertian haji menurut bahasa dan istilah!
1.1
Haji menurut beberapa tokoh islam
Siswa dapat menjelaskan pengertian haji menurut beberapa tokoh
islam
Jelaskan pengertian haji menurut Imam Syafi’i dan Imam Hambali !
1.2
Hukum haji
Siswa dapat menjelaskan hukum haji
Bagaimana hukum haji menurut islam?
1.3
Rukun dan syarat haji
Siswa dapat menjelaskan rukun dan syarat haji
Jelaskan rukun dan syarat haji!
1.4
Macam-macam haji
Siswa dapat menjelaskan
macam-macam haji
Jelaskan pengertian haji ifrod!
Jelaskan pengertian haji tamattu’ !
Jelaskan pengertian haji qiran!
1.5
Hikmah haji
Siswa dapat memahami hikmah dari haji
Apa saja hikmah dari haji dalam kehidupan nyata?
02
Pengertian Umrah
Siswa dapat menjelaskan pengertian umrah secara bahasa dan istilah
Jelaskan pengertian umrah secara bahasa dan istilah!
2.1
Umrah menurut junhur ulama’
Siswa dapat menjelaskan pengertian umrah menurut jumhur ulama’
Jelaskan pengertian umrah menurut jumhur ulama’!
2.2
Hukum umrah
Siswa dapat menjelaskan hukum umrah
Bagaimana hukum umrah menurut islam?
2.3
Rukun, syarat dan wajib umrah
Siswa dapat menjelaskan rukun, syarat dan wajib umrah
Jelaskan rukun, syarat dan wajib umrah!
2.4
Hikmah umrah
Siswa dapat memahami hikmah dalam umrah
Apa saja hikmah dari umrah!
LANGKAH VIMENGEMBANGKAN STRATEGI PEMBELAJARAN(Developing on Instructional Strategy)
Langkah ini menyajikan cara-cara yang digunakan guru dalam
mengidentifikasi bagaimana pembelajaran akan disampaikan pada pebelajar
(dilevery system). Strategi pembelajaran berisi serangkaian aktifitas yang
dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Aktifitas tersebut bisa
berupa diskusi, presentasi, simulasi studi kasus, dan belajar kelompok.
Dalm langkah ini, guru atau perancang harus memikirkan dua hal,
yaitu strategi makro dan mikro. Strategi makro merujuk pada keseluruhan
aktifitas sejak pembelajaran dimulai dengan suatu topik tertentu dan berakhir
dengan penguasaan pebelajar terhadap tujuan yang telah ditetapkan pada topik
tersebut, sedangkan strategi mikro merujuk pada hal-hal yang spesifik yang
dapat dilakukan selama proses terjadi.
Dick and Carey (2001)
menyatakan, strategi pembelajaran mencakup suatu urutan untuk mengajarkan
sekelompok materi pelajaran, diskripsi-diskripsi komponen belajar yang akan
dimasukkan dalam proses pembelajaran, spesifikasi-spesifikasi mengenai
cara-cara pengelompokkan pebelajar selama pembelajaran dan pemilihan media
untuk menyampaikan pembelajaran.
Strategi pembelajaran memiliki komponen-komponen, menurut Dick and
Carey komponen-komponen pembelajaran tersebut adalah kegiatan pra pembelajaran,
presentasi isi, partisipasi pebelajar, penilaian, dan kegiatan lanjutan.
Dalam pengembangan strategi pembelajaran pada mata pelajaran fiqih
ini, perancang mengikuti komponen-komponen yang dikemukakan oleh Dick and
Carey. Berikut ini penjelasan mengenai strategi pembelajaran pada mata
pelajaran fiqih:
1. Kegiatan pra
pembelajaran
Dalam pra pembelajaran terdapat tiga kegiatan yang harus
diperhatikan, yaitu memotivasi pebelajar, menginformasikan tujuan materi
pembelajaran, dan memastikan bahwa para pebelajar telah memiliki pengetahuan
awal untuk memulai kegiatan pembelajaran
1.1. Memotivasi pebelajar
Salah satu penyebab pebelajar tidak mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan aktif adalah kurangnya ketertarikan pebelajar pada mata pelajaran
tersebut, oleh karena itu pemberian motivasi oleh guru pada pebelajar sebelum
pembelajaran dimulai sangatlah mempengaruhi keaktifan pebelajar dalam
pembelajaran selanjutnya.
Dalam hal ini perancang menggunakan model ARCS (attention,
relevance, confidence, dan satisfaction) (Keller, 1987). Attention, perancang
menarik perhatian pebelajar melalui kisah figur terkenal karena ilmu
pengetahuan yang dimilikinya, mempengaruhui pikiran pebelajar agar dirinya
tertarik pada tokoh tersebut hingga menimbulkan semangat belajar yang luar
biasa. Relevansi, pembelajar mnjelaskan betapa pentingnya ilmu pengetahuan
dalam kehidupan para pebelajar. Confidence, pembelajar meyakinkan pada
pebelajar bahwa mereka “BISA”. Satisfaction, kepuasan dimunculkan dari
pengalaman belajar pembelajar.
1.2. Menjelaskan tujuan
Pebelajar menjelaskan tujuan khusus dalam mempelajari hadits-hadits
tentang ilmu pengetahuan, agar para pebelajar fokus dalam mencapai hasil yang
ingin dicapai.
1.3. Menjelaskan hubungan
materi dan keterampilan yang sudah dimiliki pebelajar
Pembelajar memastikan apakah pebelajar mengetahui hadits-hadits
tentang ilmu pengetahuan, serta mengajak pebelajar mengingat kembali tentang
materi yang sudah dikuasai kemudian diintegrasikan dengan materi yang baru.
2. Presentasi isi dan
pemberian contoh
Dalam tahap ini perancang menyebutkan serta menjelaskan
hadits-hadits yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, antara lain: hadits
kewajiban menuntut ilmu, hadits ilmu sebagai kunci kesuksesan, dan hadits
keutamaan orang berilmu. Perancang juga akan mendeskripsikan disertai pemberian
contoh yang real dari ketiga hadits tersebut.
3. Partisipasi pebelajar
Setelah penyampaian materi, pembelajar akan memberikan kesempatan
pada pebelajar untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, pebelajar
dapat bertanya, memberikan pendapat, dan memberikan tanggapan dari apa yang
telah disampaikan pembelajar. Hal ini bertujuan untuk mengukur keaktifan
pebelajar dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
4. Pengetesan
Utuk mengukur kemampuan pebelajar, perancang melakukan Entry
Behavior Test (EBT), Pretests, dan Posttest
5. Kegiatan lanjutan
Langkah yang terahir ini perancang akan mereview keseluruhan
strategi pembelajaran yang telah berlangsung, untuk mengetahui apakah tujuan
khusus telah tercapai.
Dalam mengembangkan strategi pembelajaran ini, perancang juga
memperhatikan domain belajar yang hendak dituju, apakah intellectual skill,
verbal information, a motor skill, or attitude. Hal ini dikarenakan setiap
domain memiliki karakteristik tertentu.
LANGKAH VII
MENGEMBANGKAN BAHAN PEMBELAJARAN
(Developing Intructional Materials)
Setelah dibahas mengenai strategi pembelajaran yang melibatkan
peran guru tidak hanya sebagai motivator, penyaji materi, pemimpin kegiatan
praktek, melainkan juga sebagai evaluator, pengambil keputusan, dan konselor.
Tugas selanjutnya adalah mengembangkan bahan pembelajaran yang hendak
ditentukan oleh pebelajar.
Bahan pembelajaran yang dimaksud adalah segala bentuk bahan seperti
panduan guru, buku teks, modul, overhead, transparasi, kaset video, komputer
berbasis multimedia, halaman web, dsb. Pengembangan bahan pembelajaran harus
memperhatikan faktor kemanfaatan bagi pebelajar, maksudnya pebelajar dapat
menuntaskan sendiri bahan pembelajaran tersebut. Selain itu bahan pembelajaran
yang dikembangkan harus memungkinkan bagi pebelajar untuk mencapai tujuan, baik
tujuan khusus maupun tujuan umum pembelajaran.
Dick and Carey (2001) mensyaratkan, bahwa bahan pembelajaran harus
memenuhi beberapa kriteria, yaitu: 1) menarik, 2) isinya sesuai dengan
kebutuhan, 3) urutannya tepat, 4) ada informasi yang dibutuhkan, 5) ada latihan
soal, 6) ada kunci latihan, 7) ada tes yang relevan, 8) ada petunjuk perbaikan
(remedial), 9) ada petunjuk untuk melakukan kegiatan lanjutan, dan 10) ada
ringkasan.
Berkaitan dengan pengembangan bahan pembelajaran mata pelajaran
fiqih ini, perancang mengacu pada kriteria-kriteria yang disyaratkan oleh Dick
and Carey tersebut.
LANGKAH VIIIMERANCANG DAN MELAKSANAKAN EVALUASI FORMATIF(Designing and Conducing Formative Evaluation)
Evaluasi formatif dilaksanakan untuk mengumpulkan data yang terkait
dengan kekuatan dan kelemahan program pembelajaran. Hasil dari proses evaluasi
formatif dapat digunakan sebagai masukan untuk memperbaiki draf program.
Menurut Dick and Carey (2001) menyatakan, bahwa evaluasi formatif adalah suatu
proses memperoleh data yang dapatdigunakan sebagai instrumen untuk memperbaiki
atau merevisi pembelajaran sehingga pembelajaran lebih efektif dan efisien.
Ada tiga jenis evaluasi formatif, yang mana perancang akan
menggunakannya sebagai landasan dalam melakukan evaluasi formatif, antara lain:
1. Evaluasi satu-satu
(one-to-one evaluation)
Pada fase ini perancang bekerjasama dengan seorang pebelajar untuk
mendapatkan data mengenai bahan pembelajaran untuk perbaikannya. Evaluasi ini
bertujuan untuk mengidentifikasi dan membuang kesalahan fatal pembelajaran,
mengetahui performan dan reaksi pebelajar terhadap isi bahan pembelajaran.
Proses evaluasi ini dilakukan sampai mendapatkan 3 pebelajar sebagai wakil dari
keseluruhan pebelajar dalam kelas.
Dalam evaluasi perorangan ini terdapat tiga kriteria pokok mengenai
data yang dikumpulkan, yaitu kejelasan dalam pembelajaran mencakup pesan,
keterkaitan dan prosedur, dampak terhadap pebelajar meliputi prilaku dan
prestasi, dan dalam kelayakan adalah kelayakan bagi pebelajar dan sumber-sumber
belajar.
2. Evaluasi kelompok
kecil (small group evaluation)
Evaluasi kelompok kecil dilakukan untuk menguji cobakan program
terhadap sekelompok kecil calon pengguna yang terdiri dari 8 sampai dengan 20
orang siswa. Evaluasi ini dilakukan untuk memperoleh masukan yang dapat
digunakan untuk memperbaiki kualitas program pembelajaran.
Adapun cara yang digunakan oleh perancang dalam evaluasi ini adalah
pretest, posttest, dan iterview yang melibatkan 15 orang pebelajar yang
memiliki tingkat kemampuan berbeda (tinggi, sedang, dan rendah) pada waktu yang
berbeda.
3. Evaluasi lapangan (field
trial)
Evaluasi ini bertujuan untuk menentukan apakah bahan pembelajaran
telah efektif digunakan pebelajar setelah evaluasi kelompok kecil dilaksanakan.
Tujuan lain adalah untuk melihat apakah bahan pembelajaran dapat digunakan
dalam berbagai konteks yang dikehendaki.
Dalam tahap ini perancang menyeleksi 20 pebelajar mewakili populasi
yang ada sebagai partisipan uji lapangan. Adapun lokasinya berada dalam kelas
khusus dan menggunakan prasedur yang sama dengan evaluasi kelompok kecil yaitu
pretest, posttest dan interview.
LANGKAH IXMEREVISI BAHAN PEMBELAJARAN(Revising Intructional Materials)
Berdasarkan data yang diperoleh dari evaluasi formatif dan telah
dilakukan penyimpulan serta ditemukan problem-problemnya, maka hasilnya
digunakan sebagai pertimbangan dalam merevisi bahan pembelajaran untuk
meningkatkan kualitas dan perbaikan bahan pembelajaran tersebut.
Menurut Dick and Carey (2001), ada dua jenis revisi yang harus
dipertimbangkan terhadap bahan pembelajaran, yaitu: revisi pada isi atau
substansi bahan pembelajaran dan revisi yang berhubungan dengan prosedur
penggunaan bahan pembelajaran.
Adapun proses revisi bisa dilakukan dengan cara mengkolaborasikan
keseluruhan data yang diperoleh secara hati-hati dan seksama kemudian dilakukan
analisis dengan benar dibantu oleh pengalaman dan prinsip-prinsip belajar.
Karena itu perlu dipertimbangkan beberapa rekomendasi dari Dick and Carey
(2001) dalam rangka melakukan uji coba baru terhadap bahan pembelajaran, yaitu:
1) menghilangkan porsi pengajaran, 2) memasukkan bahan pembelajaran yang
tersedia, dan 3) mengembangkan bahan pembelajaran tambahan sederhana.
Revisi yang telah dilakukan dalam suatu bahan pembelajaran, dan
diikutidengan uji coba terhadap bahan pembelajaran baru pada konteks tertentu
pula, maka akan sampai padarevisi pembelajaran itu sendiri setelah terpenuhi
faktor efektifitasnya.
LANGKAH XMERANCANG DAN MELAKSANAKAN EVALUASI SUMATIF(Designing and Conducting Summative Eveluations)
Evaluasi sumatif didefinisikan sebagai proses pengumpulan data dan
informasi untuk membuat keputusan mengenai penguasaan dan keberlangsungan
penggunaan beberapa bahan pembelajaran (Dick and Carey, 2001). Evaluasi sumatif
bertujuan untuk memutuskan apakah bahan pembelajaran layak digunakan atau perlu
direvisi.
Pelaksanaan evaluasi sangat jarang silakukan sendiri oleh
pengembang bahan pembelajaran, biasanya dilakukan oleh evaluator luar yang
tidak memiliki investasi personal sama sekali terhadap pembelajaran, sehingga
lebih objektif. Namun dalam kepentingan pengembangan bahan pembelajaran ini
perancang sendiri yang menjadi evaluator, sebab lebih memahami proses desain
pembelajaran, mengetahui karakteristik pembelajaran, dan kriteria evaluasi
pembelajarannya.
Beberapa persiapan yang dilakukan oleh perancang dalam melakukan
evaluasi sumatif pada mata pelajaran fiqih, yaitu:
1. Menyiapkan bahan
pembelajaran
2. Menyiapkan instrumen
tes acuan patokan yang terlebih dahulu dilakukan analisis konten melalui expert
judgment
3. Melaksanakan tes.
sumber:
http://inaifatko2.blogspot.co.id/2014/02/praktikum-dick-carey.html
sumber:
http://inaifatko2.blogspot.co.id/2014/02/praktikum-dick-carey.html
No comments:
Post a Comment