TES TERSTANDAR DAN TES NON STANDAR
A. TES STANDAR
1. Pengertian Tes Standar
Pengertian tes standar secara sempit adalah tes yang
disusun oleh satu tim ahli, atau disusun oleh lembaga yang khusus
menyelenggarakan secara professional. Tes tersebut diketahui memenuhi syarat
sebagai tes yang baik; yakni diketahui validitas dan reliabilitasnya baik
validitas rasional maupun validitas empirik, reliabilitas dalam arti teruji
tingkat stabilitas, maupun homoginitasnya.
Tes ini dapat digunakan dalam waktu yang relatif lama,
dapat diterapkan pada beberapa obyek mencakup wilayah yang luas.
Untuk mengukur validitas dan reliabilitasnya telah
diuji-cobakan beberapa kali sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
Yang dituntut dalam tes standar bukan standar prestasi
peserta didik dari penguasaan materi yang diajarkan pada suatu tingkat, lembaga
pendidikan tertentu, melainkan adanya kesamaan performance pada kelompok
peserta didik atau lembaga pendidikan disebabkan adanya kesamaan tolok ukur.
Oleh karena itu dalam tes standar, masalah keseragaman dan konsistensi skoring
penting untuk diperhatikan; sehingga tes tersebut dapat dipakai untuk
membandingkan peserta didik dari berbagai sekolah.
Standar untuk siswa dapat dimaksudkan seagai suatu
tingkat kemampuan yang harus dimiliki bagi suatu program tertentu. Mungkin
standar bagi suatu kursus A berbeda dengan B. jadi standar ini yang dibuat
“keras” maupun “lunak” tergantung dari yang menggunakan keijaksanaan.
Suatu tes standar dengan demikian berbeda dengan tes
prestasi biasa.
Prosedur yang digunakan untuk menyusun tes standar
untuk tes prestasi secara langsung yang ditumbuhkan dari tes yang digunakan
dikelas. Sedangkan spesifikasi yang digunakan untuk menentukan isi dalam tes
bakat biasanya didasarkan atas analisis job(jabatan) atau analisis tugas yang
merupakan tuntutan calon pekerjaannya. Disamping itu juga mempertimbangkan
sifat-sifat yang ada pada manusia. Analisis jabatan analisis tugas yang
dilakukan biasanya tidak tidak didasarkan atas satu kurikulum, tetapi diambil
dari masyarakat.
Istilah “standar” dalam tes dimaksudkan bahwa semua
siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sama dari sejumlah besar pertanyaan
dikerjakan dengan menggunakan petunjuk yang sama dan dalam batasan waktu yang
sama pula. Dengan demikian maka seolah-olah ada suatu standar atau ukuran
sehingga diperoleh suatu standar penampilan (performance) dan penampilan
kelompok lain dapat dibandingan dengan penampilan kelompok standar tersebut.
Istilah “standar” tidak mengandung arti bahwa tes
tersebut mengukur apa yang harus dan dapat diajarkan pada suatu tingkat
tertentu atau tes itu menyiapkan suatu standar prestasi dimana siswa harus dan
dapat mencapai suatu tingkat tertentu. sekali lagi tes standar dipolakan untuk
penampilan prestasi sekarang (yang ada) yang dilaksanakan secara seragam,
diusahakan dalam kondisi yang seragam, baik itu diberikan kepada siswa dalam pelaksanaan
peseorangan maupun siswa sebagai anggota dari suatu kelompok.
Apabila pendidik bermaksud menstandarisasikan tes
buatannya sendiri, memerlukan perencanaan yang baik, dilakukan uji coba di
lapangan beberapa kali, dan ada beberapa yang perlu distandarisasikan, yaitu:
1. Materi yang akan diujikan,
2. Sistem evaluasi yang digunakan,
3. Waktu penyelesaian soalan tes,
4. Tingkat kesukaran tes, dan
5. Cara pengolahan hasil, termasuk skoring yang
digunakan.
Sesungguhnya tes standar tidak hanya mecakup achievement
test saja tetapi mencangkup personality tes, seperti tes sikap, tes
minat, tes bakat, dan tes integelensi.
2. Kegunaan Tes Standar
Secara singkat dapat dikemukakan bahwa kegunaan tes
standar adalah:
a. Jika ingin membuat perbandingan,
b. Jika banyak orang yang akan memasuki suatu sekolah
tetapi tidak tersedia data tentang calon ini.
Secara garis besar kegunaan tes standar adalah:
a. Membandingkan prestasi belajar dengan pembawaan
individual atau kelompok.
b. Membandingkan tingkat prestasi siswa dalam
keterampilan di berbagai bidang studi untuk individual atau kelompok.
c. Membandingkan prestasi siswa berbagai sekolah atau
kelas, dan
d. Mempelajari perkembangan siswa dalam suatu periode
atau waktu tertentu.
3. Kelengkapan Tes Standar
Sebuah tes yang sudah distandarisasikan dan sudah
dapat disebut sebagai tes standar, biasanya dilengkapi dengan sebuah manual.
Manual ini memuat keterangan-keterangan atau petunju-petunjuk yang perlu
terutama yang menjelaskan tentang pelaksanaan, mengskor, dan mengadakan
interpretasi.
Secara garis besar manual tes standar ini memuat:
a. Ciri-ciri mengenai tes, misalnya menyebutkan tingkat
validitas. Tingkat reliabilitas dan sebagainya.
b. Tujuan serta keuntungan-keuntungan dari tes
Misalnya yang
disebutkan untuk siapa tes tersebut diberikan dan untuk tujuan apa.
c. Proses standarisasi tes
Misalnya mengenai
hal-hal yang berhubungan dengan sampel.
- Besarnya sampel,
- Teknik sampling,
- Kelompok mana yang diambil sebagai sampel(sifat sampel).
Juga mengenai
taraf kepercayaan yang diambil dan bagaimana kaitannya dengan hasil tes.
d. Petunjuk-petunjuk tentang cara melaksanakan tes
Misalnya:
dilaksanakan dengan lisan atau tertulis, watu yang digunakan untuk mengerjakan
setiap bagian, boleh tidaknya tercoba keluar jika sudah selesai mengerjaan soal
itu dan sebagainya.
e. Petunjuk-petunjuk bagaimana cara menskor
Misalnya: untuk
beberapa skor tiap-tiap soal/unit, menggunakan sistem hukuman atau tidak,
bagaimana cara menghitung nilai akhir dan sebagainya.
f. Petunjuk-petunjuk untuk menginterpretasikan hasil
Misalnya:
- Betul nomor sekian sampai sekian cocok untuk jabatan
kepala seksi,
- Betul nomor sekian saja, cocok untuk jabatan guru dan
sebagainya.
g. Saran-saran lain
Misalnya: siapa
pun harus menjadi pengawas, bagaimana seandainya tidak ada calon yang mencapai
skor tertentu dan sebagainya.
B. TES NONSTANDAR
1. Pengertian tes tidak standar
Tes nonstandard adalah kebalikan tes standar, yaitu
tes yang disusun oleh seorang pendidik yang belum memiliki keahlian
professional dalam penyusunan tes, atau mereka yang memiliki keahlian tetapi
tidak sempat menyusun tes secara baik, mengujicobakan, melakukan analisis
sehingga validitas dan reliabilitas belum dapat dipertanggungjawabkan. Tes non
standar sering digunakan untuk menyebut tes buatan guru, artinya disusun oleh
seorang guru tanpa bantuan tim ahli. Sebenatnya penggunaan istilah kedua ini
tidak tepat, sebab mendiskripsikan guru seagai orang yang tidak mampu menyusun
tes yang baik, penulis lebih cenderung menggunakan pengertian yang mendasarkan
pada kriteria kualitatif dari pada dilihat dari siapa yang menyusun.
Tes buatan guru memang memiliki beberapa kekhususan,
bisa jadi syarat kualitatif belum terpenuhi, tetapi ia memiliki kelebihan lebih
cocok untuk mengukur hal-hal khusus yang tidak dapat distandarisasikan; seperi
formatif, tes diagnostik, hasilnya lebih realistik. Sebab tes ini dirancang sesuai
dengan keadan peserrta didik, PBM suatu tingkat dan lembaga pendidikan
tertentu.
2. Kegunaan tes tidak standar
a. Untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai
bahan pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu.
b. Untuk menentukan apakah sesuatu tujuan telah tercapai.
c. Untuk memperoleh suatu nilai.
Selanjutnya baik tes standard dan tes buatan guru
dianjurkan dipakai jika hasilnya akan digunakan untuk:
a. Mengadaan diagnosis terhadap ketidakmampuan siswa.
b. Menentukan tempat siswa dalam suatu kelas atau
kelompok.
c. Memberikan bimbingan kepada siswa dalam pendidikan dan
pemilihan jurusan.
d. Memilih siswa untuk program-program khusus.
C. PERBANDINGAN ANTARA TES STANDAR DENGAN TES NONSTANDAR
Tes standar disusun dalam tipe-tipe soal yang sama yang
meliputi bahan atau pengetahuan yang sama banyak dengan bahan atau pengetahuan
yang dicakup oleh tes buatan guru. Jadi, apakah perbedaan antara tes standar
dengan tes tidak standar (tes buatan guru) atau apakah keburukan dan keuntungan
tes standar.
Pertama, marilah kita tinjau perbedaan antara tes
standar dengan tes buatan guru.
Tes Standar
|
Tes Buatan Guru
|
a. Didasarkan atas bahan dan tujuan umum dari
sekolah-sekolah di seluruh Negara.
b. Mencakup aspek yang luas dan pengetahuan dan
keterampilan yang hanya sedikit butir tes untuk setiap keterampilan atau
topik.
c. Disusun dengan kelengkapan staf professor, pembahas,
dan editor butir tes.
d. Menggunakan butir tes yang sudah diujicobakan (try
out), dianalisa dan direvisi sebelum diujikan.
e. Mempunyai reliabilitas yang tinggi.
f. Dimungkinkan menggunakan norma untuk seluruh Negara.
|
a. Didasarkan atas bahan dan tujuan khusus yang
dirumuskan oleh guru untuk kelasnya sendiri.
b. Dapat terjadi hanya mencakup pengetahuan dan
keterampilan yang sempit.
c. Biasanya disusun sendiri oleh guru dengan sedikit
atau tanpa bantuan orang lain/tenaga ahli.
d. Jarang menggunakan butir tes yang sudah
diujicobakan, dianalisa dan direvisi.
e. Mempunyai reliabilitas sedang atau rendah.
f. Norma kelompok terbatas kelas tertentu.
|
Sumardi Suryabrata, menegaskan bahwa dalam masalah
norma, sebenarnya ada tiga jenis, yaitu:
1. Norma nasional,
2. Norma lokal, dan
3. Norma sekolah (Sumadi Suryarata, 1987: 128)
Perbedaan antar norma nasional dan norma lokal
mencakup daerah liputannya, norma nasional memiliki karateristik yang unik,
tidak sederhana, dan tidak mudah menyusunnya karena keadaan oyek yang sangat
heterogen; sedangkan norma lokal sampel relatif homogen. Norma lokal lebih cermat
dalam menginterprestasikan prestasi dalam jangkauan wilayahnya, hal ini penting
bilamana akan dipakai untuk melakukan penilaian pendidikan. Norma nasional
sekalipun sulit, namun bila sudah tersusun sangat berguna untuk acuan
menginterpretasikan taraf kompetensi individual, sekolah, dan wilayahnya.
Sampel norma sekolah jauh lebih homogen dibandingkan
kedua norma diatas. Norma sekolah dapat dipakai sebagai acuan interpretasi
hasil tes peserta didik dari sekolah bersangkutan. Oleh karena itu
masing-masing sekolah memiliki norma sendiri sesuai dengan kualitas sekolah
bersangkutan.
Pada saat ini hasil belajar peserta didik kita jumpai
penggunaan dua norma, yaitu norma sekolah dan norma nasional Norma sekolah
ditemuan dalam STTB dan nilai rata-rata rapor, sedangkan norma nasional
ditemukan pada NEM (Nilai Ebtanas Murni). Secara ideal lebih baik bilamana
setiap peserta didik juga memiliki norma lokal.
Kedua, untuk menyusun tes standar, diutuhkan waktu
yang lama. Seperti disebutkan ahwa untuk memperoleh sebuah tes standar melalui
prosedur:
- Penyusunan;
- Uji coba;
- Analisa;
- Revisi;
- Edit.
Kelima kegiatan
ini membutuhkan waktu lama.
DAFTAR PUSTAKA
Arikonto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta :Bumi Angkasami
Purwanto, M. Ngalim. 2001. Prinsip-Prinsip Dan
Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Thoha, M. Chabib. 2001. Teknik Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Grafindo Persada.